Sabtu, 12 Mei 2018

Masa kecilku

ANAK KECIL DAN SEMANGKOK BAKSO
Anak kecil itu matanya berbinar-binar. Ditatapnya lagi uang 35 rupiah yang ada di genggamnnya. 3 keping logam 10 rupiah dan 1 keping logam 5 rupiah. Ah...akhirnya aku dapat juga kesempatan, batinnya. Saat itu, di tahun 1979, bagi seorang anak SD kelas 4 di sebuah desa kecil di Surabaya, uang 35 rupiah sungguh sangat berharga.  Sebagai anak yatim yang mengandalkan ibunya seorang penjual gado-gado tentunya uang saku yang diperolehnya sangatlah  terbatas. Sengaja ia tidak jajan 2 hari agar terkumpul jumlah untuk dapat membeli semangkok bakso porsi kecil, ya hanya semangkok bakso porsi kecil. Hal yang sangat sepele bagi kebanyakan anak lainnya namun belum pernah ia rasakan. 
Ragu-ragu ia mendekati tukang bakso yang mangkal di depan halaman sekolahnya, maklum ia memang belum pernah beli bakso sebelumnya. Ia takut kalau uang 35 rupiahnya tidak cukup untuk membeli semangkok bakso. Tapi diberanikannya  untuk terus mendekati gerobak tukang bakso.
“tumbas  bakso paklik...”
“tuku piro ? tanya tukang bakso
Lalu diserahkannya uang 35 rupiahnya ke tukang bakso dan ia lega karena tukang bakso tidak bertanya lagi dan memberinya semangkok bakso.
Woow..bener-bener girang hatinya, akhirnya dapat juga ia menikmati semangkok bakso. Diliatnya di mangkok ada 2 butir bakso, 1 tahu dan mie kuning. Tak apalah, hibur dirinya sendiri, toh ini sudah cukup luar biasa baginya.
Dicarinya tempat duduk pojok halaman, diatas sebuah pembatas taman. Baru saja ia hendak makan baksonya, tiba-tiba segerombolan anak-anak SMA lari berkejar-kejaran ke arahnya. Sekolah SD nya memang bersebelahan dengan sebuah sekolah SMA. Anak-anak SMA itu tertawa terbahak-bahak sambil lari berkejaran kearahnya dan braakk pyarr..... Anak kecil itu tertabrak anak-anak nakal  itu hingga terjerembab ke tanah. Ah...hari itu sungguh ia tidak beruntung...ia tertabrak jatuh, bajunya kotor dan....semangkok bakso yang akan dinikmatinya berhamburan ke tanah dengan mangkok pecah. Dan ia tidak tahu harus bagaimana, apakah harus marah atau menangis, ia hanya terdiam dengan mata merah menahan tangis.
“Heeiii...  hati-hati dong kalau main”, seru tukang bakso kepada anak-anak SMA, "tuh mangkoknya pecah, kamu harus ganti” teriak tukang bakso yang mulai marah.
“Iya..pak maaf pak...maaf...”sambil ketakutan anak SMA itu mengeluarkan uang dari sakunya dan memberikan uang ke tukang bakso.
Anak kecil itu hanya tercenung, terdiam dan tak tahu harus bagaimana...yang ia tahu...ia tidak jadi makan bakso yang sudah ia idam-idamkan sejak lama. Ia kemudian pulang dan tidak memberitahu ibunya atas kejadian itu. Tapi ia tidak akan lupa peristiwa itu. Tidak akan pernah.....sampai 37 tahun kemudian ia menulis ceritanya di dinding FB nya.
**********